Opini masyarakat pun terpecah, ada yang menuntut pemerintah memberlakukan Lockdown, ada juga yang menyadari bahwa Lockdown bukanlah solusi karena roda perekonomian harus terus berputar. Hal ini terbukti dengan membludak parahnya masyarakat yang mengantri kendaraan umum untuk berangkat kerja, ketika pembatasan kendaraan umum publik dibatasi pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang lalu.
Sebetulnya kebiasaan atau cara kerja WFH bukanlah hal baru. Banyak perusahaan startup digital yang saya pikir tidak akan terlalu kaget dengan istilah Work From Home (WFH). Alasan banyak perusahaan yang membiasakan cara kerja WFH bukanlah karena masalah virus, melainkan memang jauh lebih efisien dan efektif sebetulnya apabila bisa memahami dan menjalankan dengan baik cara bekerja WFH. Kebetulan dengan isu Coronavirus saat ini, digital menjadi jawaban dan solusi dari masalah yang sekarang terjadi.
Ada banyak tips terkait bagaimana memastikan agar kita terhindar dari COVID-19 dengan menjaga kebersihan diri atau hidup lebih higienis. Namun lewat artikel ini, saya mau membahas lebih dalam tentang tips bekerja di rumah atau Work From Home (WFH). Saya akan bagi dalam beberapa bagian topik di bawah ini. Tujuannya adalah supaya kita lebih mengenali budaya bekerja dari rumah WFH, dan tidak bingung dengan bagaimana menjalankannya.
Key Performance Indicator
Saya memulai profesi sebagai Freelance pada tahun 2009, dan membangun PT pada tahun 2015. Ada banyak perusahaan, meskipun belum sebagian besar, yang memang sudah membiasakan cara bekerja WFH. Terutama perusahaan multinasional, sudah pasti mereka mengukur kinerja atau performa karyawannya lewat pekerjaan yang diselesaikan, bukan dari kehadiran. Oleh karena itu, belakangan ini sudah mulai banyak dikenal istilah KPI atau Key Performance Indicator. Jadi pekerja mempertanggungjawabkan pekerjaannya lewat laporan apa saja yang telah selesai dikerjakan. Jadi saya pikir, untuk bisa menjalankan cara kerja WFH yang baik, perusahaan perlu memahami bahwa ke depannya, cara mengukur performa karyawan, bukan lagi dari absensi atau daftar kehadiran. Mulailah belajar membuat KPI untuk setiap karyawan sebagai cara mengukur performa kerja yang bisa dipertanggungjawabkan.
Project Manager
Dari setiap pekerjaan penting yang perlu diselesaikan dan memerlukan kolaborasi dari beberapa orang, maka diperlukan seorang Project Manager dari pekerjaan terkait. Apakah seorang Project Manager harus menjadi penanggung jawab untuk semua proyek yang ada? Saya pikir tidak harus, kembali pada kebijakan masing-masing saja. Untuk beberapa proyek kecil, penanggung jawab bisa didistribusikan pada karyawan juga, sehingga bisa sekalian belajar membiasakan diri dengan cara kerja kolaborasi digital. Namun, apabila ada satu orang yang secara khusus mengerjakan semua management proyek sendiri sebagai Project Manager, itupun juga boleh. Berarti Project Manager harus menguasai semua tugas-tugas yang di distribusikan kepada para karyawan. Peranan Project Manager juga menjadi penting untuk memastikan bahwa semua karyawan memiliki tugas-tugas yang perlu dikerjakan, bukan sekedar menganggur kosong tanpa pekerjaan.
Kolaborasi
Untuk bisa menjaga kolaborasi kerja yang baik, penting untuk memastikan komunikasi berjalan lancar. Mulailah membiasakan yang namanya meeting lewat Video Call misalnya dengan Zoom. Dan belajar menganali tools digital yang sudah banyak beredar yang berguna untuk Project Management, mengatur timeline, seperti misalnya Trello. Jangan terlalu anti atau kaku dengan bahasa inggris, karena kebanyakan memang tools digital yang membantu efisiensi banyak berbahasa default Inggris. Jaga komunikasi dengan chat group dengan Telegram misalnya yang mudah tersinkronisasi antar device mobile maupun desktop.
Paperless
Mulailah meninggalkan kebiasaan merekam segala dokumentasi dalam bentuk paper atau print out. Selain tidak efisien, juga tidak efektif. Mulailah membiasakan merekam segala dokumentasi, administrasi, bukti bayar, semua dalam bentuk digital. Selain lebih mudah dipantau juga lebih mudah disimpan, dan tentunya lebih ramah lingkungan. Biasakan menggunakan tool File Sharing seperti Dropbox, yang bisa mensinkronisasi semua dokumen dalam bentul digital bersama atau Google Drive.
Workspace / Meja Kerja
Saatnya anda juga menyiapkan satu sudut di rumah anda, yang nyaman sebagai Workspace atau meja kerja anda. Bisa di sofa dengan meja kopi, atau meja belajar. Kemungkinan besar, ke depannya anda akan sering bekerja lewat Workspace tersebut untuk melakukan pekerjaan secara online, video call, dan berkomunikasi dengan rekan kerja anda. Buatlah Workspace yang nyaman dan mendukung produktifitas anda. Sebaiknya tidak berada dalam kamar tidur, supaya bisa membangun mood kerja yang lebih baik.
Good Bye 9to5
Ucapkan selamat tinggal pada 9to5, atau bekerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore. Dengan cara kerja yang berdasarkan KPI sebagai tolak ukur performa, maka anda tidak lagi mengenal istilah bekerja 9to5. Bijaksanalah dalam mengatur jam kerja anda. Bukan berarti harus tetap mengurus pekerjaan bahkan di tengah malam, namun anda harus bisa lebih fleksibel dengan menyikapi waktu bekerja anda sendiri. Sekedar memastikan komunikasi terjaga 24 jam bukanlah hal yang saya pikir sulit.
Regulasi Pemerintah
WFH adalah bentuk efisiensi cara kerja. Dan regulasi pemerintah salah satunya yang mewajibkan domisili di area bisnis adalah sesuatu yang saya pikir berbenturan dengan tuntutan WFH ini. Kalau memang ke depannya WFH akan menjadi standard dunia bisnis dan usaha, alangkah baiknya pemerintah juga bisa mempertimbangkan untuk mengevaluasi regulasi yang sangat tidak efisien seperti ini. Apabila sebuah perusahaan memang bergerak di bisnis yang misalnya memerlukan gudang atau menjual produk, baiklah perlu ada domisili yang jelas. Namun apabila bergerak di bidang jasa atau kreatif, saya pikir domisili bukanlah sesuatu yang wajib. Apalagi di situasi seperti sekarang yang menuntut karyawan bekerja dari rumah. Lalu untuk apa investasi mahal sewa kantor puluhan juta bahkan ratusan juta per bulan?
Akses Internet
Ke depannya, pemerintah juga perlu memastikan bahwa fasilitas infrastruktur internet bisa jauh lebih baik dan ekonomis, mempertimbangkan roda perekonomian akan banyak diputar lewat digital. Internet yang lambat sama seperti jalanan macet, akan mengganggu produktifitas kerja.
Tanggung Jawab
Saya pikir, cara kerja WFH tidak akan bisa efektif berjalan apabila semua yang terlibat di dalamnya tidak memiliki kesadaran dan rasa tanggung jawab yang baik. Meskipun ada banyak tool untuk memantau kehadiran lewat digital misalnya lewat camera, tidak akan lebih baik daripada setiap pribadi yang terlibat menjalankan WFH memiliki rasa tanggung jawab akan tugas-tugas yang diberikan.
Semua hal di atas saya bagikan berdasarkan pengalaman saya sendiri sebagai praktisi Work From Home. Hal ini tidak lepas dari tuntutan bahwa saya sendiri pemilik bisnis digital, dan saya harus fleksibel dengan cara dan waktu kerja tim saya. Dan saya menyadari bahwa cara kerja ini tentunya tidak berlaku untuk semua jenis profesi, namun bisa disesuaikan dengan profesi masing-masing.
Apabila anda punya tips penting yang terlewatkan oleh saya, silahkan tambahkan di kolom komentar. Terima kasih dan selamat bekerja dari rumah!