Indonesia merupakan salah satu negara dimana penduduknya sangat cepat beradaptasi dalam perkembangan teknologi, terutama teknologi internet. Masih teringat dalam benak saya, di tahun sebelum 2010, banyak orang sudah terbiasa berburu atau hunting barang baru maupun bekas lewat forum seperti Kaskus. Namun tingkat keamanan berbelanja saat itu masih rendah.
Karena rawan penipuan, orang berusaha untuk bertransaksi dengan mereka yang yang tinggalnya dalam jangkauan antara penjual dan pembeli, supaya bisa melakukan COD (Cash on Delivery). Saya juga salah satu yang sempat beberapa kali melakukan transaksi COD, baik sebagai pembeli maupun penjual. Sudah sejak lama juga banyak orang berusaha membangun website online store masing-masing yang independent. Saya sendiri sebagai pelaku industri pembuatan website, sudah beberapa kali mendapatkan pekerjaan proyek dalam membangun website jenis online store. Namun belakangan ini, trend berbelanja online justru sudah menjadi aktifitas umum keseharian masyarakat perkotaan. Hal ini terjadi lewat kemudahan yang ditawarkan oleh banyak Marketplace.
Sebagai salah satu pelaku industri, saya hendak melakukan riset secara langsung, bagaimana rasanya dan bagaimana perbedaan antara berjualan lewat website online store sendiri atau ecommerce, dibandingkan dengan menggunakan marketplace yang sudah begitu banyak bertebaran saat ini. Oleh karena itu sejak setahun terakhir, saya mencoba melakukan kegiatan jual beli produk secara online, lewat marketplace maupun lewat ecommerce. Apakah perbedaannya?
eCommerce
Saya paham bahwa istilah eCommerce berarti kegiatan jual beli yang dilakukan lewat online. Namun lewat artikel ini, kita anggap bahwa eCommerce spesifik merujuk pada mereka yang menggunakan website online store yang dibangun secara khusus untuk kegiatan jual beli produk. Saya harus akui bahwa pada kenyataannya berjualan produk lewat eCommerce atau website online store sendiri, jauh lebih sulit daripada berjualan lewat marketplace yang sudah ada. Kelebihannya tentu saja dengan adanya website eCommerce sendiri, kita memiliki prestige atau kebanggaan tersendiri. Kita juga bisa menawarkan berbagai macam bentuk promo yang bisa bebas kita tentukan sendiri. Namun mengelola dan mempopulerkan website ecommerce sendiri, sangatlah sulit, apalagi apabila kita belum punya pasar sebelumnya. Dan sistem perhitungan ongkos kirim di Indonesia, jauh lebih sulit daripada sistem perhitungan ongkos kirim dikebanyakan negara lain. Terutama karena Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga biaya ongkos kirim bisa sangat bervariasi tergantung jarak. Meskipun kita sudah sangat terbantu dengan banyaknya pilihan jasa kurir pengiriman seperti TIKI atau JNE, mereka pun tidak membuka atau memberikan secara terbuka database perhitungan ongkos kirim mereka. Jadi untuk mengatasi masalah rumus perhitungan ongkos kirim, antara kita harus meminta secara langsung kepada kurir terkait, atau menggunakan API yang dijual oleh pihak ketiga lain. Belum lagi sistem pembayaran juga tidak kalah repot. Pada umumnya bisa menggunakan sistem transfer manual, dengan tambahan form konfirmasi pembayaran. Namun tentunya kita berharap sistem yang bisa serba otomatis. Maka ada payment gateway lokal yang bisa kita gunakan seperti Doku atau Midtrans. Namun ternyata mereka mengenakan biaya yang variatif tergantung jenis pembayaran, apakah lewat debit, ataukah kartu kredit, ataukah lewat counter seperti supermarket. Perhitungan komisi transaksi ini jadi kekurangan lain dari sebuah website eCommerce.
Marketplace
Sekarang mari kita bicara Marketplace. Di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, berjamuran berbagai jenis Marketplace. Namun yang populer, marilah kita sebut seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, Elevania, Zalora, dan lain sebagainya. Mereka disebut Marketplace, karena websitenya merupakan kumpulan berbagai macam pedagang. Jadi anda bisa membuka toko anda sendiri dan memanfaatkan berbagai fitur yang sudah dibangun oleh Marketplace tersebut, seperti sistem pembayaran yang sudah terintegrasi dengan banyak jenis bank, dan berbagai jenis cara pembayaran, dan yang luar biasa, tanpa komisi sama sekali. Dan pada umumnya sudah memberikan pilihan pembayaran dengan pembayaran cicilan bulanan tanpa bunga. Lalu sistem pengiriman, mereka biasanya sudah bekerja sama secara khusus dengan berbagai macam kurir pengiriman, sehingga ada begitu banyak pilihan. Seringkali juga mereka memberikan subsidi ongkos kirim gratis atau potongan ongkos kirim, yang mana promo semacam ini tidak membebankan si penjual sama sekali. Dan untuk memanfaatkan semua benefit ini, penjual sama sekali tidak harus membayar biaya sepeserpun. Kok bisa? Karena mereka punya cara lain dalam mencari uang, bukan lewat komisi penjualan. Mereka bisa menjual spot iklan, sehingga produk anda secara khusus bisa muncul dalam pencarian, dan juga berbagai layanan lainnya.
Kesimpulan yang saya bisa buat adalah eCommerce semakin tidak masuk akal untuk bersaing dengan Marketplace. Apabila anda punya produk, tidak ada salahnya untuk mempunyai website sendiri untuk pengenalan produk anda secara khusus. Namun apabila anda hendak memberikan kemudahan bagi orang untuk berbelanja online atau kemudahan dalam membeli produk anda, sama sekali bukan ide buruk untuk meletakkan produk anda di Marketplace yang populer di Indonesia. Karena semua Marketplace tersebut sudah menyiapkan begitu banyak sistem yang dibangun sedemikian rupa yang memudahkan transaksi dan jaminan keamanan baik untuk penjual maupun pembeli. Anda harus mengikuti arus perkembangan jaman, dimana saat ini pasar Indonesia mulai terbiasa dengan sistem berbelanja online lewat kemudahan yang ditawarkan Marketplace.
User Behaviour
Mari kita bicara tentang kebiasaan user. Saat ini berbeda dengan jaman dimana marketplace belum populer. Kalau dulu, orang ketika membutuhkan sebuah produk, mungkin mereka akan mencari lewat search engine, seperti Google. Lalu mengetikkan nama produk yang hendak dicari. Lalu muncul berbagai macam website, yang masih cukup merepotkan untuk user memfilter berbagai informasi dan mencari tahu website mana yang paling tepat untuk dia membeli produk yang sedang dicari. Namun user behaviour saat ini sudah berubah, ketika user mencari produk, mereka tidak lagi membuka search engine. Mereka akan langsung membuka marketplace yang mereka kenal baik, ataupun membuka aplikasi marketplace tersebut lewat smartphone mereka. Lalu langsung mencari disitu. Hal ini tentu memperkecil kemungkinan user dalam menemukan website ecommerce anda. Sehingga sudah tidak relevan lagi berjualan produk terutama yang masuk dalam jenis produk retail, di website ecommerce sendiri.
Website IS NOT DEAD
Meskipun demikian buruknya eCommerce dikalahkan oleh Marketplace, lantas apakah memiliki sebuah website adalah ide buruk? Sama sekali tidak. Apabila anda mempunyai sebuah produk, anda bisa dengan bebas mempresentasikan dan memberikan berbagai informasi lengkap tentang produk anda dengan cara yang bisa jauh lebih interaktif daripada penjelasan yang anda berikan di Marketplace. Dan meskipun produk retail sekarang jauh lebih relevan dijual di Marketplace dibandingkan dengan di website, hal-hal seperti bisnis jasa masih tidak kita temukan di website Marketplace. Selain itu, Marketplace sampai saat ini, masih cocok digunakan untuk menjual produk yang tidak memerlukan banyak konsultasi, alias produk yang biasa bisa "Fast-Moving", seperti pakaian, elektronik, dsb. Namun masih ada produk-produk yang seperti misalnya mesin industri, sparepart mesin pabrik, dan berbagai produk yang biasanya tidak murah, dan sebelum membeli perlu konsultasi baik-baik, produk semacam inilah yang masih relevan untuk memiliki website sendiri, bukan sekedar marketplace. Namun anda tetap bisa mempertimbangkan Marketplace sebagai fasilitas atau alat yang bisa anda gunakan untuk memudahkan transaksi antara pembeli dan penjual.
Bagaimana menurut anda? Apakah eCommerce ataupun Website masih punya kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh Marketplace?